permainan tradisional anak usia dini
A. Pengertian
Permainan
tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang
dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya
permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki
ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat.
Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk
mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin
seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb. Dalam pelaksanaannya permainan
tradisional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke
dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur
seni seperti yang lajim disebut sebagai seni tradisional. Persoalannya adalah,
modul ini mencoba menyajikan permainan tradisional untuk maksud pembelajaran
dalam pendidikan jasmani. Sehingga perlu kita bersepakat bahwa apa yang
dimaksud dengan permainan tradisional di sini bisa identik dengan istilah lain
yang juga lajim digunakan, yaitu olahraga tradisional. Agar suatu kegiatan
dapat dikategorikan sebagai permainan tradisional tentunya harus
teridentifikasikan unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan
atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Di samping itu, kegiatan itupun
harus kuat mengandung unsur fisik yang nyata-nyata melibatkan kelompok otot
besar dan juga mengandung unsur bermain yang melandasi maksud dan tujuan dari
kegiatan itu. Maksudnya, suatu kegiatan dikatakan permainan tradisional jika
kegiatan itu masih diakui memiliki ciri tradisi tertentu,
Permainan
tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan
mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya
permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau
wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai
media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek
psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia
orang dewasa.
Permainan
tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di
balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan. Pesan-pesan tersebut
bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan
atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa. Pesatnya perkembangan
permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan
nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai
pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang
pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi sekarang (Elly Fajarwat, 2008: 2)
Nani. 2005, permainan
tradisional adalah sejenis permainan
warisan nenek moyang. Ia merupakan aktiviti bermain yang diciptakan oleh nenek
moyang kita yang dimainkan di seluruh rantau negri tanah melayu suatu ketika
dahulu.
B. Manfaat
permainan tradisional
Berikut
ini ada beberapa manfaat permainan tradisional :
·
Memahami konsep sportivitas. Melalui
permainan tradisional, seperti lompat tali atau congklak, anak belajar bersikap
sportif, yaitu bermain secara jujur, memperlihatkan sikap menghargai pemain
lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kesalahan secara
terbuka. Namun apabila anak belum mau memperlihatkan watak bermain seperti itu,
anda tidak perlu khawatir. Sebenarnya sportivitas baru bisa dipahami oleh anak
usia 6 tahun.
·
Melatih kemampuan fisik anak. Dalam
beberapa permainan tradisional seperti lompat tali, gerak fisik sangat
ditekankan. Berkesempatan memainkan permainan ini amat baik untuk menyalurkan
energy anak yang berlebih karena sejak usia 5-6 tahun anak memang harus banyak
bergerak. Permainan tradisional semacam lompat tali juga bisa merangsang
perkembangan koordinasi mata dengan anggota badan lainnya. Variasi bentuk
permainan dapat lebih meningkatkan kemampuan
·
Belajar mengelola emosi. Pengelolaan
emosi sangat penting bagi anak agar dapat survive dalam kehidupannya. Kemampuan
ini di ajarkan dalam permainan seperti lompat tali karet yang direntangkan.
Pada permainan ini jika anak tak bisa melompati ketinggian karet yang
direntangkan maka ia harus menerima kekalahannya sebagai kensekuensi dari lompatan
yang kurang bagus. Keterampilan mengelola emosi semacam ini penting dipelajari,
karena secara tidak langsung melatih kecerdasan emosional anak.
·
Menggali kreativitas. Melalui beberapa
jenis permainan tradisional, kreativitas anak pun terasah. Misalnya pada
permainan mobil-mobilan yang dibuat dari kulit jeruk bali. Untuk membuatnya
dituntut kemampuan anak berimajinasi, misalnya bagaimana memperhitungkan besar
roda mobil-mobilan dibandingkan dengan badan mobil. Kreativitas anak juga bisa
digali dalam permainan congklak misalnya. Anak dapat mencari alternative biji
selain kerang yang biasa digunakan dalam permainan congklak. Sama halnya dengan
biji bekel. Meskipun biasanya menggunakan biji dari kuningan yang dijual di
pasar, anak bisa menggantinya dengan kerang-kerangan.
·
Mengenal kerja sama. Pentingnya
kerjasama juga dapat dipelajari anak melalui permainan tradisional. Misalnya,
dalam permainan ular-ularan, kerjasama sangatlah penting dalam permainan ini,
si kepala ular tidak boleh lari begitu saja, melainkan harus memperhatikan
anggota kelompok di belakangnya supaya tidak tertinggal dan dimakan kelompok
lawan. Hanya dengan kerja sama yang baik kepala ular dapat melindungi bagian
tubuh dan ekornya.
·
Meningkatkan kepercayaan diri. Dalam
permainan tradisional seperti bekel, rasa percaya diri anak dapat ditumbuhkan.
Menguasai permainan yang mensyaratkan keterampilan pada tingkat kesulitan
tertentu, seperti kemampuan dasar berhitung bisa menumbuhkan dan memperkuat
rasa percaya diri anak.
·
Bersosialisasi lewat permainan. Ruang
gerak anak untuk bercengkrama melalui permainan khususnya diperkotaan semakin
sempit. Akibatnya permainan individu semakin diminati, sehingga sosialisasi
anak melalui kegiatan bermain semakin berkurang. Kecenderugan sedikit banyak
bisa di atasi melalui permainan tradisional yang memungkinkan adanya interaksi
social.
C. Macam-macam
permainan
1. Congkak
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang
digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga
biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.
Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon,
dhakon atau dhakonan. Di beberapa daerah di Sumatera yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak. Di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan
nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan
beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata.
Permainan ini di Malaysia juga dikenal dengan nama congkak,
sedangkan dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala. Di
sumatera barat dikenal dengan congkak.
Surya hendra. 2006. Kiat membina anak agar senang berkawan
sebuah solusi mengatasi kesulitan bergaul pada anak. Jakarta : PT Elex media
komputindo
Tujuan
permainan : permainan ini bertujuan menguji kecakapan pemain mendapatkan
seberapa buah yang dimiliki oleh pihak lawan.
Sarana yang diperlukan : kayu
congkak, biji-bijian atau batu, pemain 2 orang
Peraturan dan cara :
·
Biji diisi mengikuti bilangan rumah.
Contohnya, jumlah rumah adalah 7, jadi bilangan buah adalah 7 bagi setiap rumah
·
Pemain terdiri dari pada 2 orang. Mereka
akan duduk bertentangan menghadap papan congkak.
·
Permainan dimulakan dengan mengambil
semua buah dari mana-mana lubang yang dihadapannya secara serentak.
·
Mereka akan memasukkan satu buah kedalam
setiap lubang kecuali rumah pemain lawan.
·
Pergerakan permainan mengikuti putaran
jam.
·
Buah yang diambil akan diisikan kedalam
semua rumah yang dilalui termasuk ibu rumah sendiri
·
Pemain tidak boleh meneruskan permainan
apabila buah terakir didalam tangan jatuh didalam rumah kosong.
·
Jika pemain berhenti dirumah kosong
sendiri, pemain layak mengambil isi rumah yang setentang dengannya dan
dimasukkan kedalam ibu rumah sendiri sebagai ganjaran. Proses ini dinamakan
menembak.
·
Menembak hanya boleh dilakukan sekiranya
pemain selesai membuat satu putaran pertama ataupun lebih. Sekiranya berhenti di
rumah kosong lawan pemain tidak berhak menembak.
·
Pemain yang mempunyai bilangan buah yang
banyak dalam ibu rumah dikira sebagai pemenang
·
Bagi putaran yang kedua yang kedua, buah
yang terkumpul dalam ibu rumah diberikan semula kedalam rumah sendiri. Rumah
yang tidak cukup buahnya dikira terbakar dan tidak boleh digunakan lagi dalam
putaran.
·
Pemain akan menutup lubang yang tidak
dapat diisi dengan 7 buah. Pemain akan memasukkan semua lebihan buah kedalam
ibu rumah
·
Pemain yang tidak mempunyai rumah
terbakar akan memulakan permainan tersebut
Manfaat yang diperoleh :
·
Perkembangan aspek fisikal. Permainan ini dapat meningkatkan
kemahiran motorik halus anak.
·
Perkembangan aspek kognitif. Anak-anak dapat mempelajari konsep
nomor melalui membilang, contohnya membilang biji disetiap lubangnya. Anak juga
belajar membuat strategi untuk menentukan
bilangan buah.
·
Perkembangan aspek moral. Anak-anak perlu
sabar menunggu giliran.
2. Engklek
Sunda manda atau juga disebut éngklék, téklék, ingkling, sundamanda /
sundah-mandah, jlong jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik
di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di setiap daerahnya dikenal dengan
nama yang berbeda. Terdapat dugaan bahwa nama permainan ini berasal dari "zondag-maandag" yang berasal
dari Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, walaupun dugaan
tersebut adalah pendapat sementara.
Permainan
Sunda manda biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang
peserta. Di Jawa, permainan ini disebut engklek
dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan yang serupa dengan peraturan
berbeda di Britania
Raya disebut dengan hopscotch. Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua
dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.
Surya hendra. 2006. Kiat membina anak agar senang berkawan
sebuah solusi mengatasi kesulitan bergaul pada anak. Jakarta : PT Elex media
komputindo
Permainan
engklek biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan ini dapat dilakukan
oleh dua orang anak atau lebih. Permainan ini menggunakan batu pipih kecil
ukuran, lebih kurang 3x3 cm. bisa juga menggunakan potongan kayu kecil. Untuk
memainkan permainan ini cukup dilapangan kecil. Arena permainan cukup dengan
membuat sketsa gambar anak perempuan dengan garis atau kapur, yang terdiri dari
:
·
Bundaran kepala yang berdiameter lebih kurang 60 cm
·
Batang leher berbentuk persegi dengan ukuran lebih kurang 40x50 cm
·
Bentangan tangan berbentuk persegi
panjang terdiri dua petak masing-masing ukuran lebih kurang 60x30 cm
·
Petak dada dibawah bentangan tangan
ukuran 55x40 cm
·
Rok bersudut lancip dibawah kanan-kiri
yang terletak dibawah dada dan terdiri dua petak trapezium tinggi lebih kurang
50 cm dan alas masing-masing lebih kurang 45 cm
·
Bagian kaki yang terdiri dari tiga
tingkat petak persegi panjang ukuran 45x30 cm
Cara bermain engklek :
·
Menentukan urutan pemain dengan cara
mengundi
·
Pemain pertama memulai permainan dengan
meletakkan batu dipetak pertama atau petak kaki pertama dengan cara melempar
·
Ketentuan petak yang ada batunya tidak
boleh dipijak
·
Ketika melakukan engklek, pemain tidak
boleh memijak garis
·
Pemain melompati petak pertama ke petak
kedua dengan engklek kaki tunggal, lalu ke petak ke tiga. Kemudian melompat ke
petak trapezium dengan menjejakkan kedua kaki di masing-masing trapezium. Lalu
melompat engklek satu kaki di petak dada. Lalu melompat dengan menjejakkan
kedua kaki di masing-masing petak bentangan tangan. Lalu melompat engklek di
petak leher. Kemudian melompat dan menjejakkan kedua kaki di lingkaran kepala.
Setelah itu melompat dan menjejakkan kedua kaki di lingkaran kepala. Setelah
itu kembali melompat engklek ke patak leher, menjejakkan kedua kaki didua petak bentangan tangan,
engklek di petak dada, menjejakkan kedua kaki dikedua petak trapezium, engklek
ke petak ke tiga, engklek ke petak kaki kedua, sembari memungut batu dan
melompati, melangkahi petak pertama kembali ke asal.
·
Langkah berikutnya melemparkan batu ke
petak kaki kedua. Cara bermain seperti cara pertama tadi. Sebagai catatan,
kalau batu ada di salah satu petak trapezium atau bentangan tangan, kaki hanya
boleh menjejakkan di salah satu petak yang tidak ada batunya dengan engklek atau
kaki tunggal
·
Jika ketika melempar batu, ternyata
batunya keluar, pemain tersebut mati atau digantikan oleh pemain berikutnya.
Sedangkan batu yang keluar tadi diletakkan di petak yang gagal di tuju tadi,
sebagai tanda petak tersebut tidak boleh dipijak oleh lawan main.
·
Pemain berikutnya memulai permainan dari
awal.
·
Jika pemain berikutnya juga gagal,
pemain pertama bermain lagi melanjutkan permainannya tadi dengan posisi batu
telah berada di petak yang gagal tadi.
·
Permainan yang dikatakan menyelesaikan
tahap pertama, yaitu permainan yang telah menyelesaikan meletakkan batu d
lingkaran kepala dengan mulus dan memungutnya untuk kembali ke asal.
Manfaat permainan:
·
Perkembangan aspek fisikal. Permainan
ini dapat mengembangkan kemahiran mengimbang badan dengan berdiri sebelah kaki
tanpa bantuan. Permainan ini juga memerlukan pemain bergerak melompat dari
petak ke petak serta melempar buah.
·
Perkembangan aspek moral. Pemain perlu
sabar menunggu giliran dan memahami peraturan.
·
Perkembangan aspek kognitif. Permainan
ini membantu anak mengenal symbol nomor dan urutan nomor menaik 1-7. Permainan
ini juga membantu anak memahami urutan nomor menurun 7,6,5,4,3,2,1.
3. Galah
panjang
Tujuan permainan : menguji
kecakapan pemain berlari melepasi halangan.
Sarana yang diperlukan : kawasan
lapangan dan gelanggang berbentuk segi empat tepat diatas tanah., pemain 6
orang untuk dua pasukan.
Cara bermain :
·
Bina gelanggang dengan menggunakan
penanda ataupun buat garis diatas tanah
·
Satu pasukan terdiri dari 3 orang
sekurang-kurangnya
·
Bagi pasukan mana yang bermain terlebih
dahulu.
·
Pasukan yang menang dalam penentuan
tersebut, akan memulai permainan terlebih dahulu, dan yang kalah akan menjaga
garis.
·
Pasukan penjaga garis akan menghalangi
pemain penyerang melintasi garis dengan mendepakan tangan ke penyerang.
·
Pasukan penyerang akan mencoba melewati
garis pertama, kedua dan tanpa disentuh ataupun ditangkap oleh pasukan lawan.
·
Pemain penyerang yang berhasil melewati
garis, maka mereka lah pemenangnya.
·
Jika sebaliknya, salah seorang pemain
tertangkap, maka pasukan penyerang akan mati dan pasukan lawan akan bermain.
Manfaat permainan :
·
Perkembangan aspek fisikal. Permainan
ini dapat meningkatkan kemahiran motorik kasar melalui aktivitas berlari dan
mengelak.
·
Perkembangan aspek kognitif. Aspek
kognitif anak akan berkembang dalam permainan ini apabila anak menggunakan
strategi
·
Perkembangan aspek moral. Permainan ini
dapat memupuk semangat bermain dalam pasukan. Setiap pasukan perlu sabar
menunggu giliran.
4. Benteng
Anis Apriliawati. 2007. Pendidikan
Lingkungan dan Budaya Jakarta untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: Ganesa
Exact.
Permainan
benteng berasal dari betawi. Permainan benteng tidak memerlukan alat khusus dan
dapat dimainkan ditanah lapang, halaman rumah, atau halaman sekolah. Permainan
benteng ini memerlukan kecepatan berlari, kecerdikan dan kecekatan mengelak
dari sentuhan lawan. Permainan ini tidak membatasi jumlah pemain, tapi paling
sedikit dimainkan oleh 2 orang pemain. Permainan benteng ini dilakukan oleh 2
kelompok. Berikut adalah aturan permainan benteng :
·
Setiap kelompok harus menentukan satu
benteng
·
Benteng yang digunakan dapat berupa
pohon, batu, tiang rumah, kayu atau bamboo.
·
Jumlah pemain setiap kelompok harus sama
·
Apabila salah satu lawan dapat menyentuh
benteng lawan, kelompoknya dinyatakan menang
Manfaat permainan benteng :
·
Kejujuran. Dalam permainan benteng,
setiap pemain harus berlaku jujur. Misalnya, saat pemain tersentuh oleh lawan,
ia harus mengakui bahwa ia sudah tertangkap lawan. Kejujura ini juga harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu jujur dalam berkata dan
bertindak.
·
Keberanian. Permainan benteng menjunjung
tinggi nilai keberanian. Misalnya, berani menyerang, mengusulkan strategi, dan
mengakui kekalahan. Tetapi, kelompok yang menang juga tidak boleh sombong
terhadap yang kalah. Tidak boleh mengejek dan tidak boleh ada rasa iri, dengki,
atau dendam.
·
Kerjasama. Permainan bentengan dilakukan
secara berkelompok. Jadi, harus ada kerjasama yang baik agar dapat mencapai
hasil yang diinginkan. Anggota kelompok mengikuti perintah pimpinan kelompok.
Jika ada anggota yang tertangkap, usahakan membebaskan. Peserta tidak boleh
mementingkan dirinya sendiri
5.
Permainan Lompat tali
Permainan lompat tali adalah
permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang, ini merupakan
permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an,
menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di rumah.
Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga.
Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di
sekitar kita. Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika
hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau
apa pun yang memungkinkan lalu melompatinya. Jika bermain secara berkelompok
biasanya melibatkan minimal tiga anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu
dibagian kiri, satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat
giliran untuk melompati tali. Tali direntangkan dengan ketinggian bergradasi,
dari paling rendah hingga paling tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah
yang keluar sebagai pemenang. Sementara yang kalah akan berganti posisi menjadi
pemegang tali. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu
memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala sampai kaki
sambil melompatinya.
Manfaat lompat tali:
- Motorik Kasar: Main lompat tali
merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi
lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam
permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama- lama, bila
sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis.
Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih
fisik, mainan ini juga bisa membuat anak – anak mahir melompat tinggi dan
mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu
mengurangi obesitas pada anak.
- Emosi: Untuk melakukan suatu
lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian dari anak.
Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau
melakukan tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak – anak
akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak.
- Ketelitian dan Akurasi: Anak
juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana
ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak
sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat
gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.
- Sosialisasi: Untuk bermain tali
secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi
kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam
kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang
lainnya.
- Intelektual: Saat melakukan
lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya
sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan.
Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan,
bila lebih atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga
secara tidak langsung belajar dengan cara melihat dari teman – temannya
agar bisa mahir dalam melakukan permainan tersebut.
- Moral: Dalam permainan
tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah
tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap
sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena
setiap orang punya kelebihan masing–masing untuk setiap permainan, hal
tersebut meminimalisir ego di diri anak–anak.
DAFTAR RUJUKAN
Menon Nani.2005. Permainan, Lagu
dan Puisi Kanak-kanak. Kuala Lumpur: PTS. Profesional
Anis Apriliawati. 2007. Pendidikan
Lingkungan dan Budaya Jakarta untuk Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: Ganesa
Exact.
Surya
hendra. 2006. Kiat membina anak agar senang berkawan sebuah solusi mengatasi
kesulitan bergaul pada anak. Jakarta : PT Elex media komputindo